tag:blogger.com,1999:blog-53698311263457362982023-06-20T19:40:52.274+07:00Metamorfosis MindaBerani Bermimpi Dan Mengejar Mimpinicemedicinehttp://www.blogger.com/profile/10755575929838501543noreply@blogger.comBlogger8125tag:blogger.com,1999:blog-5369831126345736298.post-89876185245514268472011-01-02T17:53:00.001+07:002011-01-02T17:53:42.294+07:00Muhasabah Awal Tahun 1432 Hijriyah<p><a href="http://lh3.ggpht.com/_9rfSxPtCijg/TSBZMDbSS_I/AAAAAAAABUw/6E1VRxd8smM/s1600-h/image681611x%5B3%5D.jpg"><font size="2"><img style="background-image: none; border-bottom: 0px; border-left: 0px; margin: 10px auto; padding-left: 0px; padding-right: 0px; display: block; float: none; border-top: 0px; border-right: 0px; padding-top: 0px" title="image681611x" border="0" alt="image681611x" src="http://lh4.ggpht.com/_9rfSxPtCijg/TSBZNMpH59I/AAAAAAAABU0/keYWHgCGUSY/image681611x_thumb%5B1%5D.jpg?imgmax=800" width="304" height="229" /></font></a></p> <p><font size="2">Hakikatnya, pergantian tahun tidak ada bedanya dengan pergantian bulan, minggu, hari, jam, atau detik. Bagi seorang muslim, semua pergantian waktu itu harus disikapi dengan sikap yang sama: memperkuat <em>dzikrullah, </em>mengingat Allah <em>ta’ala.</em></font></p> <p><font size="2">Inilah yang disyaratkan Allah <em>ta’la </em>dengan firman-Nya,</font></p> <p><font size="2"><em>Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka. </em>(QS. Ali Imran, 3: 190 – 191)</font></p> <p><em><font size="2"></font></em></p> <p><font size="2">Terlebih lagi bagi kita bangsa Indonesia, dimana pergantian tahun datang setelah melewati masa ujian bencana alam yang cukup berat. Banjir bandang di Wasior, tsunami di Mentawai, dan meletusnya Gunung Merapi di Yogyakarta.</font></p> <p><font size="2">Memahami hakikat ini, setiap kita hendaknya mau meluangkan waktu untuk <em>tadzakkur </em>(merenung) dan <em>tafakkur</em><em> </em>(berpikir)<em>. </em>Menyegarkan kembali <em>ruhul ibadah</em>, dengan membiarkan tetesan <em>khauf</em> (takut) membasahi qalbu. Menghirup sejuknya <em>raja’</em> (berharap), <em>tawakkal</em> (berserah diri), dan  <em>khusyu’</em> (tunduk), dengan <em>raghbah</em> (penuh minat), dan <em>rahbah</em> (cemas).</font></p> <p><font size="2">Pergantian waktu ini, hendaknya kita gunakan untuk <em>inabah</em> (kembali), <em>isti’anah</em> (memohon pertolongan), <em>isti’adzah</em> (memohon perlindungan), dan  <em>istighotsah</em> (memohon pertolongan untuk dimenangkan atau diselamatkan) kepada Allah <em>Ta’ala</em>.</font></p> <p><font size="2">Mari kita bercermin. Adakah ruhani kita tumbuh subur, ataukah kering kerontang? Nafsu manakah yang menguasai jiwa, apakah nafsu <em>amarah bi-shu</em>—yang selalu mendorong pada kejahatan—<em>, </em>nafsu <em>lawwamah</em>—yang mengombang-ambing dalam kebaikan dan kejahatan, ataukah nafsu <em>muthmainnah</em>—yang menentramkan jiwa dalam kebaikan dan ketaatan pada Allah <em>Ta’la </em>?</font></p> <p><font size="2">Pergantian tahun ini hendaknya menyadarkan kita, tentang pentingnya <em>ri’ayah ma’nawiyah, </em>pemeliharaan maknawi, agar kita terhindar dari penyakit <em>al-wahn  </em>(kelemahan jiwa), <em>hubbud dunya wa karohiyatul maut, </em>cinta dunia dan takut mati; menyadarkan kita tentang perlunya jiwa mendapat <em>al-ghida </em>(gizi) yang cukup, berupa ibadah yang dibarengi ruh, bukan sekedar rutinitas dan seremonial belaka; menyadarkan kita tentang perlunya jiwa yang sakit mendapatkan <em>asy-syifa </em>(pengobatan), berupa taubat dan istighfar.</font></p> <p><strong><font size="2">Setahun telah berlalu…</font></strong></p> <p><font size="2">Ada 1700 peluang kewajiban shalat berjamaah. Ia sama dengan 6018 rakaat. Ada peluang 5300 rakaat sunnat rawatib dan witir, ada peluang 420 rakaat qiyamullail, tarawih dan tahajjud…</font></p> <p><font size="2">Berapa banyak peluang di atas yang kita lakukan secara berjamaah? Berapa kali kita shalat berjama’ah di masjid pada barisan pertama? Seberapa besar tingkat kekhusyuan kita dalam shalat-shalat itu? Adakah semua peluang itu mendekatkan kita kepada Allah <em>Ta’ala</em>?</font></p> <p><font size="2">Ada peluang 92 hari untuk berpuasa Senin dan Kamis, 30 hari peluang berpuasa <em>ayyamul bidh</em>, 1 hari puasa <em>Tasu’a</em> dan 1 hari puasa <em>Asyura</em>…</font></p> <p><font size="2">Berapa hari kita isi peluang-peluang itu dengan berpuasa? Berapa banyak kita memanfaatkan fadhilah-nya?</font></p> <p><font size="2">Ingatlah bahwa kekasih kita, Rasulullah SAW bersabda,</font></p> <p><font size="2">مَنْ صَامَ يَوْمًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بَعَّدَ اللَّهُ وَجْهَهُ عَنْ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا</font></p> <p><font size="2"><em>“Barang siapa yang shoum (berpuasa) satu hari di jalan Allah, maka Allah akan menjauhkan wajahnya dari neraka sejauh tujuh puluh musim”.</em>(HR. Bukhari).</font></p> <p><font size="2">Ada peluang 12 kali khatam Al-Qur’an, adakah kita menyempurnakannya dan melakukan <em>tadabbur</em> (perenungan) terhadapnya? Sedangkan satu kali khatam sama dengan 305 juta kebaikan!</font></p> <p><font size="2">Ada peluang 130.000 sedekah wajib yang dapat engkau pergunakan, sebab Rasulullah SAW bersabda,</font></p> <p><font size="2">كُلُّ سُلَامَى مِنْ النَّاس عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيهِ الشَّمْسُ يَعْدِلُ بَيْنَ النَّاسِ صَدَقَةٌ</font></p> <p><font size="2"><em>“Setiap ruas tulang pada manusia wajib atasnya shadaqah dan setiap hari terbitnya matahari di mana seseorang mendamaikan antara manusia maka terhitung sebagai shadaqah”.</em>(Bukhari Kitab).</font></p> <p><font size="2">Adakah kita telah menunaikan dan memenuhinya? Atau mengupayakannya semaksimal mungkin atau mendekati maksimal? Atau adakah kita telah bertekad dan berniat?</font></p> <p><em><font size="2">“Beruntung sekali bagi seseorang yang menemukan banyak istighfar dalam lembaran amalnya”.</font></em></p> <p><font size="2">Ada peluang 50 pekan di mana kita dapat merealisasikan silaturahim dan mengunjungi kerabat, berbakti kepada orang tua, mengunjungi orang sakit dan memenuhi berbagai kepentingan kaum muslimin…</font></p> <p><font size="2">Berapa banyak kita dapat menemukan amal-amal ini? Berapa banyak amal-amal ini yang kita lakukan secara ikhlas karena Allah dan tidak tercampur oleh syahwat nafsu atau kompetisi dengan orang lain, atau mengejar popularitas atau gegap gempitanya media, atau ikut-ikutan kepada <em>sufaha</em> (orang-orang yang bodoh dan tidak memperhitungkan akhirat)?</font></p> <p><font size="2">Kemudian, coba kita lihat amal yang sudah kita lakukan, berapa besar ukurannya? Berapa berat timbangannya, dan berapa banyak pengaruhnya?</font></p> <p><font size="2">Bandingkan antara kebaikan dan keburukan kita? Lalu lihat, berapa banyak kebaikan yang kita tinggalkan dan berapa banyak pula yang kita dapatkan?</font></p> <p><font size="2">Ingatlah kepada ucapan Ibnu Mas’ud RA, <em>“Saya tidak pernah menyesali sesuatu yang seperti penyesalanku kepada suatu hari di mana matahari terbenam yang menjadi pertanda ajalku berkurang sementara amalku tidak bertambah”</em></font></p> <p><em><font size="2">Wahai Rabb kami, sungguh kami telah menzalimi diri. Seandainya Engkau tidak mengampuni dan menyayangi kami. Sungguh kami termasuk orang merugi…</font></em></p> <p><em><font size="2"></font></em></p> <p><em><font size="2">Diambil dari Majalah Al-Intima. Kepada mahasiswa Malaysia di Jatinangor boleh dapatkan majalah ini di toko buku Arafah setiap bulan pada harga Rp6000. murah pisan euy..</font></em></p> <p><font size="2"></font></p> nicemedicinehttp://www.blogger.com/profile/10755575929838501543noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5369831126345736298.post-90207212913587700542010-12-31T13:27:00.000+07:002010-12-31T13:28:08.543+07:00Displin Dalam Ikhtilat<p><font size="2"><strong><a href="http://lh6.ggpht.com/_9rfSxPtCijg/TR138Cl8cyI/AAAAAAAABUo/VqF0A7RoinQ/s1600-h/kapel_thumb%5B1%5D%5B5%5D.jpg"><img style="background-image: none; border-bottom: 0px; border-left: 0px; margin: 10px auto; padding-left: 0px; padding-right: 0px; display: block; float: none; border-top: 0px; border-right: 0px; padding-top: 0px" title="kapel_thumb[1]" border="0" alt="kapel_thumb[1]" src="http://lh5.ggpht.com/_9rfSxPtCijg/TR139tjB2WI/AAAAAAAABUs/I2RW7hyyAjE/kapel_thumb%5B1%5D_thumb%5B3%5D.jpg?imgmax=800" width="362" height="361" /></a></strong></font></p> <p><font size="2"><strong>Soalan</strong><strong></strong></font></p> <p><font size="2">Saya telah berkenalan dengan seorang pemuda yang alim dan warak orangnya. Dia banyak memberi nasihat dan panduan agama kepada saya. Sejak berkenalan dengannya, saya telah banyak berubah. Saya mengikuti nasihatnya agar menutup aurat dengan sempurna dan tidak meninggalkan solat lima waktu. Saya dapat rasakan ada perasaan indah yang timbul dalam hati sanubari saya terhadapnya. Saya selalu berangan-angan agar dapat bersamanya sebagai suami isteri suatu hari nanti. Ustaz, apakah yang saya lakukan ini dalam keredaan Allah? Tidakkah saya berubah kerana pemuda tersebut, bukan sepenuhnya kerana Allah SWT? Bagaimana untuk memastikan agar saya sentiasa berada di landasan yang betul? <br />Terima kasih atas kesudian ustaz menjawab persoalan ini </font></p> <p><font size="2"><strong>Jawapan</strong><strong></strong></font></p> <p><font size="2">Tahniah, kerana bertemu dengan pemuda yang alim dan warak. Dalam hal yang melibatkan hubungan lelaki dan wanita, Islam cukup teliti dan sering dituduh sebagai ‘konservatif' dari kacamata barat. Hakikatnya, Allah maha bijaksana dan amat mengetahui baik dan buruk untuk manusia di dunia dan akhirat. </font></p> <p><font size="2">Justeru, jika dilihat dari apa yang telah meresapi hati saudari, bolehlah di katakan saudari sudah ‘jatuh hati' kepada si pemuda tadi serta memasang niat baik untuk mempersuamikannya. Sebagai manusia biasa, ia sememangnya satu niat dan perasan yang sukar di tolak. Bagaimanapun, saudari perlulah mengawal semua batasan perhubungan dengan pemuda tadi bagi mendapat keredhaan Allah. Tindakan berikut perlulah saudari lakukan :- </font></p> <p><font size="2">1) Meluahkan hasrat secara berselindung tetapi boleh di fahami kepada pemuda tadi untuk membina "rumahtangga" bersama. Ia berdasarkan tindakan Khadijah yang menggunakan orang tengah, dan juga seorang wanita lain yang tanpa segan silu menyatakan hasratnya kepada baginda SAW. Imam Al-Bukhari di dalam sohihnya meletakkan satu bab bertajuk " Wanita mendedahkan / menawarkan dirinya kepada lelaki Soleh" (Rujuk Kitab Nikah); juga terdapat satu riwayat bahawa Anas r.a berkata di sisi anak perempuannya : </font></p> <p><font size="2">Ertinya : "telah datang seorang wanita kepada Rasulullah SAW lalu menawarkan dirinya (untuk menjadi isteri baginda) ; berkatalah wanita itu : " Adakah dikau punyai hajat kepadaku? " ; maka anak perempuan Anas menyampuk : " Alangkah kurangnya malu si wanita itu dan amat malunya perbuatannya " ; maka Anas menjawab : " Dia lebih baik darimu, ia berkehendakkan Nabi SAW lalu menawarkan dirinya kepada baginda SAW" ( Sohih Al-Bukhari, 7/17 ). </font></p> <p><font size="2">Imam Ibn Hajar menegaskan tiada catatnya wanita menawarkan dirinya untuk menjadi isteri kepada seorang lelaki ( Fath al-Bari, 9/175 ). </font></p> <p><font size="2">Justeru, jangan terlalu terpengaruh kononnya orang wanita tidak boleh melamar si pemuda yang baik lagi warak. Teruskan hasrat dan jangan bertangguh dalam melakukan hal yang baik. Malah Khawlah bt Hakim adalah dari kalangan wanita yang menawarkan dirinya kepada Nabi SAW ( Sohih al-Bukhari, 7/15) </font></p> <p><font size="2">2) Saudari diizinkan untuk menjemput pemuda itu ke rumah saudari bagi memperkenalkannya kepada kedua Ibu bapa saudari. Syaratnya, mestilah dengan kewujudan ibu bapa atau ‘wali' lain di dalam majlis itu. Saudari dibenarkan untuk berada bersama di ruang tamu (dengan menutup aurat lengkap) dan tidak perlulah bersembunyi di dalam bilik. Ia berdasarkan hadith-hadith yang mengizinkan lelaki dan wanita yang berniat untuk kahwin, bagi mengenali dengan lebih dekat bakal pasangan masing-masing. </font></p> <p><font size="2">Antaranya dalilnya : "telah datang kepada Nabi SAW seorang lelaki lalu menceritakan bahawa ia ingin memperisterikan seorang wanita Ansar, maka Nabi bersabda : "Adakah kamu telah melihatnya? : "Belum jawabnya" ; Nabi menjawab : </font></p> <p><font size="2">Ertinya : "Pergilah kamu melihatnya kerana di mata wanita Ansar ada sesuatu (tanda)" ( Riwayat Muslim). </font></p> <p><font size="2">Juga pesan Nabi kepada Mughirah bin Syu'bah selepas mengetahui ia ingin meminang seorang wanita : " Pergilah melihatnya, sesungguhnya ia lebih menjamin berkekalannya - bagi menilai kesesuaian- (perkahwinan) kamu berdua" ( Riwayat Ahmad, At-Tirmidzi, Ibn Hibban ; Hasan menurut At-Tirmidzi no 1087, cet Maktabah al-Ma'arif ; Sohih menurut Albani ). </font></p> <p><font size="2">Perlu diingat bahawa melihat bukan hanya dengan mata, tetapi ia juga membawa maksud suatu meninjau sikap, budi bahasa, cara hidup dan apa-apa info yang dapat menambahkan ketepatan pemilihan pasangan (kecuali yang HARAM dibuat dan dilihat). (Fiqh as-sunnah, Sayyid Sabiq, 2/23 dengan tambahan, Nizom al-Usrah, Dr Muhd ‘Uqlah, 1/206) </font></p> <p><font size="2">3) Jangan bertangguh atau berhubung tanpa ikatan sah terlampau lama, ( Nizom al-Usrah, 1/216) kerana ia amat mudah membawa keapda yang haram. Perihal berangan-angan saudari tadi juga bukanlah sesuatu yang baik untuk diteruskan. Nabi SAW menyatakan : </font></p> <p><font size="2">Ertinya : " Tidak dilihat (penyelesaian) bagi dua orang yang cinta-mencintai kecuali NIKAH " ( Riwayat Ibn Majah, al-Hakim, sohih menurut al-Hakim, As-Suyuti , Al-Jami' As-Soghir, no 7361, 4/397 cet Jahabersa). </font></p> <p><font size="2">Syeikh Al-Munawi menegaskan ubat yang terbaik bagi pasangan yang sedang asyik bercinta dan kasih adalah Nikah ( Faidhul Qadir, 5/294) </font></p> <p><font size="2">4) Jangan menghebahkan kepada awam sekali mana belum di ijab kabulkan, kerana ikatan ‘janji untuk berkahwin' boleh membawa fitnah dengan mudah. Ia juga boleh terungkai dengan beberapa cabaran semasa pertunangan. ( Nizom al-Usrah Fil Islam, 1/214) </font></p> <p><font size="2">5) Jangan bertemu berdua-duaan di luar, sama ada di tempat terbuka atau tertutup, kecuali diiringi mahram lelaki yang telah dewasa dan mampu menilai baik buruk menurut Islam. Saya nyatakan begini kerana ramai juga mahram lelaki yang ‘merapu' dan tidak langsung punyai ilmu tentang batas hubungan lelaki wanita menurut Islam. Kehadiran orang seperti ini, akan membiarkan maksiat berlaku di antara dua insan tadi, oleh itu individu sepertinya tidak mencukupi syarat yang ditetapkan Islam. </font></p> <p><font size="2">6) Mengurangkan komunikasi yang tidak berkenaan, serta mengawal isi kandungan perbincangan dari yang membawa syahwat. Mengetahui hati budi bakal pasangan menggunakan alatan media elektronik seperti email, surat dan sms lebih baik dari bercakap dalam banyak keadaan (kerana mendengar suara mudah menaikkan syahwat). Bagaimanapun, saya tidak menafikan email, surat dan sms juga boleh menaikkan syahwat, tetapi saya kira secara ‘verbal' lebih mudah. </font></p> <p><font size="2">7) Kerana perbicaraan adalah panjang dan dalil amat banyak, ringkasan perkara perlu ( semuanya menurut dalil al-Quran & Al-hadith) dijaga seperti berikut :- </font></p> <ol> <li><font size="2">Haram bersentuh, menyentuh satu sama lain. </font></li> <li><font size="2">Haram ber"dating" dan berkapel tanpa disertai mahram yang thiqah. </font></li> <li><font size="2">Haram berbicara dan bersembang dengan syahwat sama ada sms, phone, chat, mesengger. </font></li> <li><font size="2">Awas fitnah masyarakat sekeliling. </font></li> <li><font size="2">Awas fitnah dalam diri anda dan pasangan. </font></li> <li><font size="2">Haram melihat kepada aurat masing-masing. </font></li> <li><font size="2">Awas daripada bertukar gambar. </font></li> <li><font size="2">Awas daripada hebahan umum sebelum di ijab kabul.</font></li> </ol> <p><font size="2">Ingatlah wahai anak-anak muda sekalian, sebarang perilaku 'ringan-ringan' dan dosa yag dikerjakan dalam hubungan sewaktu pertunangan boleh memberikan serba ringkas gambaran bagaimana tingkah laku pasangan selepas berkahwin. Jika semasa berpacaran dia suka meraba-raba, demikian jugalah dia apabila sudah berkahwin kelak (kecuali sesudah dia bertaubat sebenar-benar taubat). Malangnya bukan dengan isteri atau suaminya selaku pasangannya yang halal, tetapi dengan individu lain sebagaimana tergamak dia melakukannya dengan isteri dan suaminya sebelum mereka kahwin. </font><a href="http://www.zaharuddin.net/lelaki-&-wanita/561-ringan-ringan-bakal-lahirkan-keluarga-a-zuriat-zina.html"><font size="2">Baca lanjut di sini</font></a><font size="2">.  </font></p> <p><font size="2">Sekian, Wallahu'alam. </font></p> <p><font size="2"><strong>Ust</strong><strong> Zaharuddin Abd Rahman</strong></font></p> nicemedicinehttp://www.blogger.com/profile/10755575929838501543noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5369831126345736298.post-12629240988058668222010-12-27T10:42:00.000+07:002010-12-27T10:45:13.881+07:0010 Perkara yang sia-sia<p align="left"><font size="2">Erm.. Sudah lama ana tidak membuat artikel. InsyaAllah, kali ini ana akan memberi sedikit pengisian ringkas. Ana akan memberi sedikit nasihat yang diambil dari nasihat Ibn Qayyim Al-Jauziah. Salah seorang ilmuwan islam yang masyhur yang ana segani.</font></p> <p align="left"><font size="2">Ibn Qayyim Al-Jauziyah adalah seorang murid kepada Syaikh Al-Islam Ibn Taimiyyah. Beliau hidup sekitar akhir abad keenam Hijrah dan awal abad ketujuh Hijrah. Beliau terkenal dengan beberapa buah kitab yang terkenal seperti Al-Fawaid, Zad Al-Ma’ad, Ath-Tib An-Nawawi dan banyak lagi. </font></p> <p align="left"><font size="2">Beberapa kitabnya yang ana miliki seperti Madarij As-Salikin, Hadi Al-Arwah ila Bilad Al-Afrah, Ad-Da’u wa Ad-Dawa’ dan beberapa lagi. Boleh pinjam bagi sesiapa yang ingin pinjam.</font></p> <p align="left"><font size="2">Ada sebuah komentar dari Ai-Tafahno tentang Ibn Qayyim Al-Jauziyah. </font></p> <blockquote> <p align="left"><font size="2">Jika Ibn Taimiyyah tidak meninggalkan warisan kecuali Ibn Qayyim sebagai muridnya, maka hal itu sudahlah cukup bagi Ibn Taimiyyah</font></p> </blockquote> <p align="left"><a href="http://lh4.ggpht.com/_9rfSxPtCijg/TRgLZ3q4E8I/AAAAAAAABUg/uSL1uzBLWOk/s1600-h/anak-soleh%5B3%5D.jpg"><font size="2"><img style="background-image: none; border-bottom: 0px; border-left: 0px; margin: 10px auto; padding-left: 0px; padding-right: 0px; display: block; float: none; border-top: 0px; border-right: 0px; padding-top: 0px" title="anak-soleh" border="0" alt="anak-soleh" src="http://lh5.ggpht.com/_9rfSxPtCijg/TRgLba7rjeI/AAAAAAAABUk/9tHrsldwIJc/anak-soleh_thumb%5B1%5D.jpg?imgmax=800" width="249" height="260" /></font></a></p> <p align="left"><font size="2">10 perkara yang sia-sia, tidak boleh diambil apa-apa manfaat daripadanya</font></p> <ol> <li> <div align="left"><font size="2">Ilmu yang tidak diamalkan</font></div> </li> <li> <div align="left"><font size="2">Amalan yang tiada keikhlasan padanya</font></div> </li> <li> <div align="left"><font size="2">Harta yang tidak diinfaq; orang yang mengumpulnya tidak dapat menikmatinya di dunia, di akhirat pula harta itu tidak dapat menyelamatkan pengumpulnya.</font></div> </li> <li> <div align="left"><font size="2">Hati yang kosong dari perasaan cinta dan rindu kepada Allah</font></div> </li> <li> <div align="left"><font size="2">Tubuh badan yang tidak digunakan untuk mentaati Allah dan berkhidmat kepada agama-Nya</font></div> </li> <li> <div align="left"><font size="2">Cinta yang tidak diasaskan pada mencari keredhaan Allah dan mematuhi suruhan-Nya</font></div> </li> <li> <div align="left"><font size="2">Masa yang tidak digunakan untuk memperbaiki kesilapan lalu atau merebut peluang berbuat kebaikan atau mendekatkan diri kepada Allah</font></div> </li> <li> <p><font size="2">Fikiran yang menerawang menjelajahi perkara-perkara yang tidak berfaedah</font></p> </li> <li> <p><font size="2">Berkhidmat kepada seseorang atau sesuatu yang tidak mendekatkan kamu kepada Allah dengan perkhidmatan itu serta tidak mendatangkan kebaikan kepada duniamu</font></p> </li> <li> <p><font size="2">Kamu takut atau berharap kepada seseorang yang ubun-ubunnya berada di dalam genggaman Allah. Orang yang kamu takut atau berharap itu sendiri terpenjara di dalam kekuasaan-Nya, tidak memiliki kuasa untuk memberi mudarat atau manfaat kepada dirinya, tidak mempunyai kuasa untuk mematikan, menghidupkan dan membangkitkan kembali selepas mati.</font></p> </li> </ol> <p><font color="#b0b0b0" size="2">Semoga bermanfaat. Semoga kita jadi anak yang soleh</font></p> <p><font size="2"> </font></p> nicemedicinehttp://www.blogger.com/profile/10755575929838501543noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5369831126345736298.post-75963489062668798822010-12-14T20:10:00.001+07:002010-12-14T20:10:49.896+07:00Ibadah Bukan Hanya Mengikut Musim<p><font size="2">Acapkali kita perhatikan di sekeliling kita, sebahagian manusia hanya beribadah mengikut musim-musim tertentu. Sebagai contoh, puasa di bulan-bulan haram, beribadah di bulan Ramadhan dan sebagainya. Namun di bulan-bulan, ibadah mereka kelihatan kosong tanpa amal. Seolah-olah ibadah hanya pada musim-musim tertentu sahaja.</font></p> <p><a href="http://lh6.ggpht.com/_9rfSxPtCijg/TQds074zBjI/AAAAAAAABUM/w1ZVB2T8W9s/s1600-h/solatsequance-solat4.jpg"><font size="2"><img style="background-image: none; border-right-width: 0px; margin: 10px auto; padding-left: 0px; padding-right: 0px; display: block; float: none; border-top-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; padding-top: 0px" title="solatsequance-solat" border="0" alt="solatsequance-solat" src="http://lh5.ggpht.com/_9rfSxPtCijg/TQds2MLRBQI/AAAAAAAABUQ/sK6VzQFc9M8/solatsequance-solat_thumb1.jpg?imgmax=800" width="260" height="246" /></font></a></p> <p><font size="2">Seharusnya, ibadah seorang muslim itu harus berterusan sehingga ajal tiba dan bukan hanya pada waktu-waktu tertentu. Ini kerana Allah menjadikan hidup dan mati kita rahsia adalah kerana ingin menguji siapa paling tinggi amalnya.</font></p> <blockquote> <p><font size="2">Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (Al-Mulk : 2)</font></p> </blockquote> <p><font size="2">Memang di akui bahawa pada waktu-waktu tertentu ada kelebihan atau fadhilat andai kita lakukan sesuatu ibadah, akan tetapi tidah seharusnya kita melakukan ibadah itu pada waktu itu sahaja seperti hanya qiamullail pada bulan ramadhan. Selesai sahaja ramadhan, maka qiamullail pun selesai dan tunggu tahun hadapan</font></p> <p><font size="2">Analogi yang mudah, seorang pelajar perubatan harus fokus dan belajar bersungguh-sungguh untuk mendapatkan keputusan yang cemerlang.Beliau harus belajar mengikut jadual yang telah ditetapkan dan tidak hanya belajar pada saat-saat terakhir.</font></p> <p><font size="2">Apa kesannya sekiranya belajar pada saat-saat akhir? Semestinya keputusan kurang cemerlang dan tidak memberansangkan. Malah ada kemungkinan gagal untuk subjek tertentu.</font></p> <p><font size="2">“Relakslah kita santai. Past year. Tak perlu nak studi awal-awal” adalah ucapan yang selalu kita dengar.</font></p> <p><font size="2">Apa yang terjadi sekiranya soalan-soalan ‘past yeat’ tak keluar? Kalau keluar dan dapat keputusan cemerlang, bagaimana pula masa klinikal nanti? Silap-silap kene maki hamun dengan doktor sebab banyak tak tahu.</font></p> <p><font size="2">Pelajar yang cemerlang akan belajar sejak dari awal lagi dan akan mempertingkatkan usaha apabila menjelang peperikasaan. MDE, OSCE dan OSOCA semua sudah siap sedia dari awal.</font></p> <p><font size="2">Habis sahaja satu sistem, terus sudah ‘master’ dalam MDE, OSCE dan OSOCA.</font></p> <p><font size="2">Begitu juga dengan ibadah. Ibadah bukan hanya waktu-waktu tertentu. Ibadah harus dilakukan secara berterusan dan harus ditingkatkan sekiranya tiba waktu-waktu tertentu seperti halnya dalam belajar. </font></p> <p><font size="2">Rasullulah sendiri sentiasa qiamullail. Apabila tiba bulan ramadhan, maka beliau akan tingkatkan lagi qiamullailnya. Malah beliau akan mengejutkan keluarganya agar bangun dan qiamullail.</font></p> <p><font size="2">Ada sebuah hadith yang selalu kita dengar.</font></p> <blockquote> <p><em><font size="2">Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang berterusan walaupun itu sedikit</font></em></p> </blockquote> <p><font size="2">Yang dimaksud dengan hadits tersebut adalah agar kita bisa pertengahan dalam melakukan amalan dan berusaha melakukan suatu amalan sesuai dengan kemampuan. Karena amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang rutin dilakukan walaupun itu sedikit.</font></p> <p><font size="2">Seharusnya kita terus mujahadah demi mendapatkan syurga Allah taala dan memperbaharui iman kita. Kita harus sedar bahawa tujuan kita di ciptakan di dunia adalah hanya untuk beribadah kepada Allah</font></p> <p><font size="2">Beribadah kepada Allah adalah matlamat kehidupan kita. Itulah lafaz ikrar setiap kali kita solat samada kita sedar atau tidak.</font></p> <p><font size="2"></font></p> <p><font size="2">p/s : Doakan agar ana membuat seperti apa yang ana cakap. ana takut, ana ajak orang buat kebaikan tapi pada masa sama anda sendiri tidak buat. ini adalah sikap yang sangat di cela oleh Allah.</font></p> <p><font size="2"></font></p> <p><font size="2">p/s : Peperiksaan dah dekat, semangat-semangat untuk belajar. Tetapkan matlamat dan tujuan dengan betul.</font></p> <p><font size="2"></font></p> <p><font size="2">p/s : Alhamdulillah sakit sudah surut. Jazakallah khairan kepada semua yang doakan dan beri nasihat pada diri ini. Ana sayang kalian.</font></p> <p><font size="2"></font></p> nicemedicinehttp://www.blogger.com/profile/10755575929838501543noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-5369831126345736298.post-78459962873958114802010-12-11T08:14:00.001+07:002010-12-11T08:14:56.372+07:00Keutamaan Puasa di Bulan Muharram<p><font size="2"><a href="http://lh4.ggpht.com/_9rfSxPtCijg/TQLQh1mSwpI/AAAAAAAABUE/T1fSoxB_NwE/s1600-h/Puasa%5B8%5D.jpg"><img style="background-image: none; border-bottom: 0px; border-left: 0px; margin: 10px auto; padding-left: 0px; padding-right: 0px; display: block; float: none; border-top: 0px; border-right: 0px; padding-top: 0px" title="Puasa" border="0" alt="Puasa" src="http://lh5.ggpht.com/_9rfSxPtCijg/TQLQjjkcocI/AAAAAAAABUI/jSYdr-p8vUs/Puasa_thumb%5B6%5D.jpg?imgmax=800" width="370" height="282" /></a></font></p> <p><font size="2">Dari Abu Hurairah <em>radhiyallahu ‘anhu</em> dia berkata, Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda, <br />أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ</font></p> <p><font size="2">“<em>Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah (puasa) di bulan Allah (bulan) Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat wajib (lima waktu) adalah shalat malam.</em>“[1].</font></p> <p><font size="2">Hadits yang mulia ini menunjukkan dianjurkannya berpuasa pada bulan Muharram, bahkan puasa di bulan ini lebih utama dibandingkan bulan-bulan lainnya, setelah bulan Ramadhan[2]. <br /><strong></strong></font></p> <p><strong><font size="2">Mutiara hikmah yang dapat kita petik dari hadits ini:</font></strong></p> <p><font size="2">- Puasa yang paling utama dilakukan pada bulan Muharram adalah puasa <em>‘Aasyuura’</em> (puasa pada tanggal 10 Muharram), karena Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> melakukannya dan memerintahkan para sahabat <em>radhiyallahu ‘anhum </em>untuk melakukannya[3], dan ketika Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> ditanya tentang keutamaannya beliau bersabda, <br />يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ</font></p> <p><font size="2">“<em>Puasa ini menggugurkan (dosa-dosa) di tahun yang lalu</em>“[4].</font></p> <p><font size="2">- Lebih utama lagi jika puasa tanggal 10 Muharram digandengankan dengan puasa tanggal 9 Muharram, dalam rangka menyelisihi orang-orang Yahudi dan Nashrani, karena Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> ketika disampaikan kepada beliau bahwa tanggal 10 Muharram adalah hari yang diagungkan orang-orang Yahudi dan Nashrani, maka beliau bersabda, <br />فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ اللَّهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ</font></p> <p><font size="2">“<em>Kalau aku masih hidup tahun depan, maka sungguh aku akan berpuasa pada tanggal 9 <a href="http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/keutamaan-puasa-di-bulan-muharram.html">Muharram</a> (bersama 10 Muharram).</em>” [5]</font></p> <p><font size="2">- Adapun hadits, <br />صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَخَالِفُوا فِيهِ الْيَهُودَ صُومُوا قَبْلَهُ يَوْماً أَوْ بَعْدَهُ يَوْماً</font></p> <p><font size="2">“<em>Berpuasalah pada hari ‘Aasyuura’ dan selisihilah orang-orang Yahudi, berpuasalah sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya.</em>“[6], maka hadits ini lemah sanadnya dan tidak bisa dijadikan sebagai sandaran dianjurkannya berpuasa pada tanggal 11 Muharram[7].</font></p> <p><font size="2">- Sebagian ulama ada yang berpendapat di<em>-makruh-</em>kannya (tidak disukainya) berpuasa pada tanggal 10 Muharram saja, karena menyerupai orang-orang Yahudi, tapi ulama lain membolehkannya meskipun pahalanya tidak sesempurna jika digandengkan dengan puasa sehari sebelumnya[8].</font></p> <p><font size="2">- Sebab Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> memerintahkan puasa tanggal 10 Muharram adalah karena pada hari itulah Allah <em>Ta’ala </em>menyelamatkan Nabi Musa <em>álaihis salam</em> dan umatnya, serta menenggelamkan Fir’aun dan bala tentaranya, maka Nabi  Musa <em>‘alaihis salam </em>pun berpuasa pada hari itu sebagai rasa syukur kepada-Nya, dan ketika Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam </em>mendengar orang-orang Yahudi berpuasa pada hari itu karena alasan ini, maka beliau <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam </em>bersabda, <br />فَنَحْنُ أَحَقُّ وَأَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ</font></p> <p><font size="2">“<em>Kita lebih berhak (untuk mengikuti) Nabi Musa ‘alaihis salam daripada mereka</em>“[9]. Kemudian untuk menyelisihi perbuatan orang-orang Yahudi, beliau <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> menganjurkan untuk berpuasa tanggal 9 dan 10 Muharram[10].</font></p> <p><font size="2">- Hadits ini juga menunjukkan bahwa shalat malam adalah shalat yang paling besar keutamaannya setelah shalat wajib yang lima waktu[11].</font></p> <p><font size="2">***</font></p> <p><font size="2">Penulis: Ustadz Abdullah Taslim Al Buthoni, M.A. <br />Artikel www.muslim.or.id</font></p> <font size="2"> <hr size="1" /></font> <p><font size="2">[1] HSR Muslim (no. 1163).</font></p> <p><font size="2">[2] Lihat keterangan Syeikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin dalam <em>Syarhu Riyadhis Shalihin</em> (3/341).</font></p> <p><font size="2">[3] Dalam HSR al-Bukhari (no. 1900) dan Muslim (1130).</font></p> <p><font size="2">[4] HSR Muslim (no. 1162).</font></p> <p><font size="2">[5] HSR Muslim (no. 1134).</font></p> <p><font size="2">[6] HR Ahmad (1/241), al-Baihaqi (no. 8189) dll, dalam sanadnya ada perawi yang bernama Muhammad bin Abdurrahman bin Abi Laila, dan dia  sangat buruk hafalannya (lihat <em>Taqriibut Tahdziib</em> hal. 493). Oleh karena itu syaikh al-Albani menyatakan hadits ini lemah dalam <em>Dha’iful Jaami’</em> (no. 3506).</font></p> <p><font size="2">[7] Lihat kitab <em>Bahjatun Nazhirin</em> (2/385).</font></p> <p><font size="2">[8] Lihat keterangan Syeikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin dalam <em>as-Syarhul Mumti’</em> (3/101-102).</font></p> <p><font size="2">[9] Semua ini disebutkan dalam HSR al-Bukhari (3216) dan Muslim (1130).</font></p> <p><font size="2">[10] Lihat keterangan syaikh Muhammad al-Utsaimin dalam <em>Syarhu Riyadhis Shalihin</em> (3/412).</font></p> <p><font size="2">[11] Lihat kitab <em>Bahjatun Nazhirin</em> (2/329).</font></p> <p><font size="2"></font></p> nicemedicinehttp://www.blogger.com/profile/10755575929838501543noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5369831126345736298.post-47854646069180522242010-12-07T12:43:00.001+07:002010-12-07T23:07:40.131+07:00Bersederhana Dalam Bergurau<p><font color="#ffffff" size="2">“Touching lah kau ni. Nak bergurau sikit pun tak boleh” kata Si A</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">Dalam waktu yang lain, Si B bergurau dengan Si A pula. Namun ucapan Si A ketika Si B tengah bergurau adalah “ aku sekarang dah lah tengah hot. karang tak pasal-pasal pula ada yang kene marah” </font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">Si B terpinga-pinga. Dia bermonolog dalam hati, “dahulu kata kat aku jangan touching. tapi bila aku gurau dengan dia, dia marah aku pula. jangan nak bergurau”</font></p> <p><font color="#ffffff"></font><font size="2"> </font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">Situasi di atas kerap berlaku dalam persahabatan. Adakala rakan-rakan kita suka bergurau dengan kita namun apabila kita bergurau pula, dia akan marah atau melenting. Jadi apa sewajarnya kita buat? <br /></font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">Bersabarlah dengan sahabat anda itu walaupun ia pahit untuk kita terima. Bersabar bukan bererti kita tidak menegur. Sekiranya kita mempunyai kekuatan, tegurlah sahabat kita itu. Elakkan lah bersikap ‘cakap belakang’ kecuali atas hal-hal tertentu seperti ingin meminta pendapat orang lain tentang situasi yang kita alami.</font></p> <p><font color="#ffffff"></font><font size="2"> </font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">Bergurau adalah salah satu elemen yang penting dalam pergaulan sosial. Pergaulan akan nampak suram sekiranya tiada unsur gurauan. Hatta, rasulullah sendiri pun bergurau dengan sahabat-sahabatnya. Ini sangat jelas menunjukkan gurauan mengandungi unsur humor yang boleh mengeratkan lagi hubungan kita.</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">Namun begitu, sikap gurauan berlebihan boleh meretakkan hubungan silaturrahim yang terjalin. Ini kerana, ragam manusia tidak sama. Malah, manusia yang sama pun akan marah bila situasi ketika bergurau ia tidak ada dalam ’mood’ yang baik.</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">Jadikanlah Rasulullah sebagai contoh ketika kita ingin bergurau. Bersederhanalah ketika bergurau.</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">Ada sebuah hadith</font></p> <blockquote> <p><font size="2">Zuhudlah terhadap dunia, pasti Allah mencintaimu, dan zuhudlah terhadap apa yang ada di tangan manusia, pasti manusia pun mencintaimu</font></p> </blockquote> <p><font color="#ffffff" size="2">.:ketika jari berbicara:.</font></p> <p><font size="2"></font></p> nicemedicinehttp://www.blogger.com/profile/10755575929838501543noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5369831126345736298.post-71306764723082140522010-12-07T04:55:00.001+07:002010-12-07T12:45:52.053+07:00Haramkah?<p align="center"><font color="#ffffff" size="2">Haram-haramkah aku <br />Bila hatiku jatuh cinta <br />Tuhan pegangi hatiku <br />Biar aku tak jadi melanggar <br />Aku cinta pada dirinya <br />Cinta pada pandang pertama <br />Sifat manusia ada padaku <br />Aku bukan Tuhan <br /> <br />Haram-haramkah aku <br />Bila aku terus menantinya <br />Biar waktu berakhir <br />Bumi dan langit berantakan</font></p> <p align="center"><font color="#ffffff" size="2">Aku tetap ingin dirinya <br />Tak mungkin aku berdusta <br />Hanya Tuhan yang bisa jadikan <br />Yang tak mungkin menjadi mungkin</font></p> <p align="center"> <br /><font color="#ffffff" size="2">Aku hanya ingin cinta yang halal <br />Di mata dunia juga akhirat <br />Biar aku sepi aku hampa aku basi <br />Tuhan sayang aku <br />Aku hanya ingin cinta yang halal <br />Dengan dia tentu atas ijinNya <br />Ketika cinta bertasbih <br />Tuhan beri aku cinta <br />Ku menanti cinta…</font></p> <p><font color="#ffffff"></font></p> nicemedicinehttp://www.blogger.com/profile/10755575929838501543noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-5369831126345736298.post-34211513523457173152010-12-06T22:37:00.001+07:002010-12-07T12:46:20.850+07:00‘ISLAMOPHOBIA’ MUSLIM<p><font color="#ffffff" size="2">“Kenapa orang bukan Islam sangat sukar untuk memahami Islam?” tanyanya pemuda itu dengan nada kesal.</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Sebab orang Islam sendiri gagal memahamkan mereka,” jawab saya perlahan.</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Kenapa orang Islam gagal memahamkan bukan Islam tentang Islam?”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Sebab orang Islam sendiri tidak faham Islam!”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Apa bukti kata-kata awak ni?”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Buktinya jelas. Lihat sahaja dalam realitinya, apakah masyarakat Islam pada hari ini selamat dan menyelamatkan.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Kenapa ke situ pula arah percakapan awak?”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Sebab Islam itu bererti selamat. Bukan sahaja selamat bahkan mampu menyelamatkan. Maka sudah tentulah secara logiknya umat Islam adalah umat yang paling selamat dan dapat menyelamatkan orang lain.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Tetapi realitinya tidak begitu kan?”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Awak boleh lihat dengan mata kepala sendiri. Kita mundur di semua sudut,  samada rohani mahupun jasmani.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Maksud awak di dunia antarabangsa?”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Tak payah. Lihat sahaja di negara kita. Siapa yang terlibat dalam gejala sosial? Siapa yang paling ramai di Pusat Serenti? Siapa yang ketinggalan di bidang ekonomi? Ya, bangsa Melayu Islam,” kata saya.</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Awak jangan silap, kelemahan umat Islam bukan bererti kelemahan Islam.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Benar. Tetapi umat Islamlah yang menyebabkan berlakunya Islamophobia. Umat Islam yang tidak amalkan Islam secara sepenuh dan menyeluruh,”balas saya.</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Musuh ambil kesempatan memburuk-burukan Islam atas kelemahan umat Islam. Mereka yang salah.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Jangan salahkan orang lain kalau kita sendiri membuka peluang untuk diperlakukan demikian.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Jadi, bagaimana nak atasi Islamophobia?”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Di kalangan siapa, umat Islam atau bukan Islam?” bidas saya.</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Tentulah di kalangan bukan Islam. Contohnya, Barat merekalah yang menuduh kita mundur, ganas, berpecah-belah dan militan.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Bagi saya kita perlu laksanakan strategi serampang dua mata.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Macam mana pula tu?”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Kita perlu perjelaskan dan amalkan Islam yang sebenar di kalangan umat Islam. Itu yang penting.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Bagaimana dengan bukan Islam?”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Insya-Allah umat Islam yang faham Islam dan mengamalkannya merupakan hujah yang kuat untuk menolak Islamophobia.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Kenapa?”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Selamanya manusia mempercayai matanya daripada telinga. <em>Actions speaks louder than word</em>.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Eh, tak faham pula saya.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Kita mesti amalkan Islam yang boleh dilihat. Bukan sahaja cakap-cakap tentang Islam yang hanya enak didengar.</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Apakah amalan Islam kita sekarang belum cukup?”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Belum cukup dan belum sempurna,” kata saya lagi.</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Jangan ekstrim. Berpada-padalah. Bersederhana.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Kita belum amalkan Islam yang sedehana. Kita masih di bawah paras sederhana.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Awak ni… Buar betul. Ukuran mana yang awak pakai?”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Siapakah yang paling sederhana mengamalkan Islam?”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">Pemuda itu terdiam.</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Role model individu yang paling sederhana mengamalkan Islam ialah Rasulullah s.a.w. Bagindalah yang pernah bersabda, sebaik-baik urusan adalah yang pertengahan. Justeru, bagindalah orang pertama mengamalkan apa yang diperkatakannya.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Ikut Nabi… susahlah.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Bagindalah ikutan dalam kita mengamalkan kesederhanaan Islam. Bagindalah Quran hidup yang mengamalkan prinsip-prinsip kesederhanaan dalam  Al Quran.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Maksud awak konsep <em>wasatiyah</em>?”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“<em>Wasatiyah</em> dalam seluruh sistem hidup. Daripada persoalan ibadat, muamalat, munakahat dan jinayat. Yang merangkumi soal akidah, syariah dan akhlak.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Siapa yang mampu buat begitu?”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Para sahabat, salafussoleh dan orang-orang mukmin daripada dahulu sehingga sekarang. Mereka adalah golongan sederhana yang mengikuti Rasulullah saw, insan yang paling sederhana.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">Melihat dia diam, saya menambah lagi, “lihat bagaimana iman, solat, ekonomi, ketenteraan dan seluruh cara hidup mereka. Itulah model kesederhanaan yang direhai Allah. Selain itu masih dikira ekstrim, samada ekstrim yang liberal atau ekstrim yang fanatik.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Bagi saya sedehana itu adalah mengamalkan Islam yang tidak menimbulkan ketakutan dan keresahan. Kita dilihat mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang majmuk dan pelbagai.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Saya setuju dengan pandangan awak. Lihat apa yang dibuat oleh Rasulullah s.a.w. Baginda mampu menghadapi dan menangani cabaran masyarakat majmuk di Madinah.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Kita perlu diplomasi.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Diplomasi yang tidak menggadaikan hukum dan peraturan Allah.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Contohnya?”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Apabila kita makan, kita memilih yang halal, menolak yang haram dan syubhat. Itu sederhana. Bila kita berpakaian, kita menolak pakaian mendedahkan aurat, itu sederhana. Bila berekonomi, kita menolak riba dan penzaliman. Itu sederhana. Apabila…”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Cukup-cukup. Itu semua berlaku di kalangan umat Islam bukan? Bukan itu sasaran saya. Sasaran saya ialah Islamophobia di kalangan bukan Islam.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">Saya hampir menggeleng-gelengkan kepala. Betapa sukar untuk meyakinkan bahawa Islamophobia di kalangan bukan Islam boleh diatasi jika kita berusaha mengatasi Islamophobia dikalangan umat Islam sendiri.</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Cuba awak fokus sedikit kepada bukan Islam.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Ya. Saya teringat apa yang dinukilkan oleh Dr Yusuf Al Qardhawi mengenai ucapan seorang intelektual yang baru memeluk Islam…”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Ya, itulah yang saya nak dengar!”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Kata intelektual itu, <em>subhanallah</em> yang mengenalkan aku kepada Islam terlebih dahulu sebelum aku mengenal orang Islam.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Pelik bunyinya?”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Tak pelik sebenarnya. Maksudnya, mujur dia memahami ajaran Islam yang begitu indah, sempurna dan praktikal secara ilmiah terlebih dahulu. Hingga dengan itu hatinya terbuka untuk memeluk Islam. Justeru, sekiranya dia terlebih dahulu mengenal perangai dan sikap orang Islam yang buruk, maka dia tidak akan tergerak untuk memeluk Islam. Maka dia memuji Allah atas rahmat itu!”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Tetapi ramai juga orang yang tertarik kepada Islam kerana umat Islam betul tak?”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Betul. Tetapi umat Islam yang bagaimana? Tentulah umat Islam yang mengamalkan Islam.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Hish, fokus awak masih kepada orang Islam. Itu bukan sasaran saya.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Saudara, memang benar kita akan ditanya oleh Allah mengapa tidak berdakwah yakni memberi penjelasan tentang Islam yang sebenar kepada bukan Islam… tetapi Allah tentunya akan lebih bertanya kepada kita apakah kita telah amalkan Islam yang telah kita akui kebenaran dan kesempurnaannya ini. Bukankah kita bertanggung jawab menyelamatkan diri kita dan keluarga kita daripada api neraka terlebih dahulu? Bukankah motto dakwah kita adalah perbaiki diri dan serulah orang lain?”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">Dia terdiam.</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Jadi awak enggan berusaha mengatasi <em>Islamophobia</em> dikalangan bukan Islam?”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Saya menyokong. Fitnah yang melanda Islam dan umat ini perlu ditangani dengan serius. Ia satu dakwah dan jihad yang utama.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Tetapi awak macam skeptik sahaja…”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Bukan begitu. Saya merasa kita perlu juga baiki dan sempurnakan kefahaman dan amalan Islam dikalangan umat Islam, sekaligus kita perjelaskan Islam yang kita fahami dan amalkan itu kepada bukan Islam. Mari kita amalkan cara hidup Islam yang syumul tanpa memilih-milih mengikut hawa nafsu kita.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Mengikut nafsu?”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Ya, kekadang yang ada yang sesuai kita ikut. Tetapi ada yang kita rasa tidak sesuai kita pinggirkan. Saya teringat ancaman Allah dalam Al Quran tentang golongan yang beriman dengan sebahagian isi kitab dan kufur dengan sebahagian yang lain. Mereka itu dijanjikan dengan kehinaan ketika hidup di dunia dan akan dilemparkan ke neraka.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Awak mengancam.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Tidak, ini mengingatkan kerana kasih-sayang. Saya pun lemah. Tetapi jika kita sama-sama berusaha, kita akan saling kuat menguatkan.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Kalau begitu, boleh tak kita jangan bercakap tentang neraka?”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Mengapa?”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Itu menakutkan. Kita bincang soal yang harmoni.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Saya tidak faham apa yang awak maksudkan dengan ajaran Islam yang harmoni. Tetapi soal neraka dan syurga ini adalah soal iman. Ia adalah perkara pertama dan utama yang ditekankan oleh nabi Muhammad saw di peringkat awal perjuangannya.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Awak menakutkan orang bukan Islam.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Maaf saudara, saya sedang berhadapan dengan saudara… orang Islam. Kita perlu bercakap soal iman, kerana tanpa Iman, Islam akan hanya ada di fikiran dan lisan bukan di hati dan amalan.”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">“Bukan begitu, tapi soal ini perlu dikemudiankan…”</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2">Saya terdiam. Oh, betapa ramainya orang Islam yang mengukur kesederhanaan Islam mengikut ‘kesederhanaan’ nafsu. Bukan lagi merujuk kepada sejarah pengalaman Islam oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya yang merujuk kepada kesederhanaan wahyu!</font></p> <p><font color="#ffffff" size="2"></font></p> nicemedicinehttp://www.blogger.com/profile/10755575929838501543noreply@blogger.com0